Pulau Penyengat sudah lama terkenal di kalangan masyarakat Kepri sebagai objek wisata sejarah. Pulau yang terletak 1,5 km sebelah barat kota Tanjung Pinang ini merupakan khazanah bangsa bernilai sejarah tinggi, karena pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan melayu Riau Lingga ratusan tahun lalu.
Pulau Penyengat dahulu kala pernah menjadi mahar atau mas kawin ketika Sultan Mahmud mempersunting Puteri Raja Hamidah tahun 1805. Jauh sebelum itu, yakni tahun 1782-1784, pulau penyengat telah dijadikan pusat pertahanan bangsa melayu melawan penjajah belanda. Sisa-sisa benteng pertahanan ini masih bisa dilihat di Bukit Kursi pulau penyengat.
Untuk sampai ke penyengat, jika berangkat dari batam, anda harus naik fery daripelabuhan punggur batam menuju pelabuhan sri bintan pura tanjung pinang. Tiket sekali jalannya Rp.40.000. Dari sri bintan pura anda harus berjalan kaki lagi beberapa ratus meter ke pelantar pulau penyengat. Dari sini kita akan naik pompong (sejenis perahu bermesin) menuju pulau penyengat. Tarifnya Rp.5.000 per orang.
Setelah 15 menit berayun-ayun di atas laut sampailah kita di pulau penyengat. Keluar dari pelantar, objek pertama yang kita jumpai adalah Masjid Raya Sultan Riau. Masjid bersejarah ini dibangun tahun 1832 oleh Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rahman. Konon salah satu bahan dasar untuk membangun masjid ini adalah putih telur ayam. Fungsinya sebagai perekat antar batu bata.
Masjid berukuran 19,8 X 18 meter ini dicat warna kuning muda hampir di seluruh bagian luar dan dalam, membuat aura kemegahannya tampak memancar-mancar. Di dalam masjid dipajang sebuah Alquran tulisan tangan karya Abdurrahman Stambul yang selesai ditulis tahun 1867.
Setelah shalat zuhur di masjid raya, saya mulai bergerak ke objek-objek sejarah lain. Ada banyak objek yang bisa dikunjungi di penyengat selain masjid raya sultan riau, kebanyakan berupa makam raja-raja atau kediaman raja-raja. Yang saya sempat sambangi antara lain Istana Kantor dan Bukit Kursi. Istana kantor adalah komplek istana yang dibangun pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau VIII Raja Ali (1844-1857). Pada masa inilah untuk pertama kali istana tidak hanya difungsikan sebagai tempat tinggal raja, melainkan juga sebagai kantor – tempat menjalankan pemerintahan. Itulah mengapa disebut istana kantor. Yang tersisa sekarang hanya bangunan depan saja, komplek utama di bagian belakang tinggal berupa reruntuhan. Sementara Bukit Kursi adalah bekas benteng pertahanan bangsa melayu saat melawan belanda. Wujud bangunan bentengnya memang sudah tidak ada. Yang tersisa tinggal sejumlah meriam ukuran besar, parit pertahanan, dan sebuah bangunan yang dulu difungsikan sebagai gudang mesiu.
Masih ada beberapa objek lain yang patut dikunjungi, seperti Balai Adat dimana kita bisa melihat replika pelaminan adat melayu, dan makam Raja Ali Haji (1808-1873), pahlawan nasional, bangsawan dan penyair yang menggubah mahakarya sastra melayu: Gurindam Dua Belas.
Tarif :
Untuk mengelilingi pulau seluas 2 km2 ini ada beberapa opsi transportasi; Pertama, berjalan kaki Rp.25000 sekali jalan. Anda akan dibawa keliling pulau menyambangi objek-objek penting pulau penyengat. . Kedua, menyewa sepeda angin. Ketiga, menyewa becak motor. Satu becak motor bisa memuat dua orang. TarifnyaMasalah makan, ada banyak rumah makan yang tersebar di seluruh pulau. Salah satunya rumah makan di pelantar pulau penyengat. Di sini anda bisa memesan satu porsi ikan kakap bakar ukuran besar seharga Rp.35000,-. Atau satu porsi ikan pari bakar dengan harga Rp12000,-. Sementara untuk buah tangan, anda bisa dapatkan di sekitar pelantar juga, berupa cemilan khas penyengat.
sumber: https://jalankemanagitu.wordpress.com/